.

.

.

.

Rabu, 14 Januari 2009

Kisah Palestina




Berdirinya negara Palestina didorong oleh keinginan untuk menyatukan penduduk Palestina yang terdiri dari beraneka ragam etnis. Pengumuman berdirinya negara ini dilakukan oleh Ketua Organisasi Pembebasan Palestina (PLO), Yasser Arafat yang kemudian menjadi Presiden Palestina, dari pusat pemerintahan di pengasingan, di Aljiria, Aljazair. Dari segi hukum interansional, eksistensi negara ini rapuh karena selain tidak diakui sebagian negara anggota Dewan Keamanan PBB, juga akibat wilayah geografi yang masih belum begitu jelas.

Sebaliknya, lembaga internasional turut memberi dukungan kepada Palestina. Sekretaris Jenderal PBB mengundang Yasser Arafat untuk menyampaikan pidatonya dalam sidang di New York pada Desember 1988. Namun Pemerintah Amerika Serikat menolak memberikan visa masuk kepada Arafat, sehingga tempat sidang pun di pindahkan ke Jenewa. Dalam pidatonya, Arafat menegaskan bahwa PLO ingin menjalin kontak langsung dengan Amerika. Namun karena lobi Yahudi Amerika yang kuat, Palestina gagal memperoleh pengakuan dari Amerika.

Otoritas Nasional Palestina atau Palestina merupakan sebuah negara yang berbentuk Republik Parlementer yang diumumkan berdirinya pada tanggal 15 November 1988 di Aljiriaibu kota Aljazair.Berbeda dengan kebanyakan negara di dunia yang mengumumkan kemerdekaannya setelah memperoleh Konsesi Politik dari negara penjajah, Palestina mengumumkan eksistensinya bukan karena mendapat konsesi politik dari negara lain, melainkan untuk mengikat empat juta kelompok etnis dalam satu wadah, yaitu negara Palestina. Dalam pengumuman itu ditetapkan pula bahwa Yerusalem Timur (akan) dijadikan ibu kota negara.

Saat ini di Palestina sedang terjadi tragedi berdarah yang telah menelan banyak korbanjiwa. Tidak kurang dari 800 jiwa telah gugur dari serangan pasukan israel. Sebuah bangsa israel dengan segala kebejatan dan keserakahannya. Gempuran roket menjadi sebuah nyanyian bagi rakyar di jalur Gasa. Tidak kenal waktu pasukan israel keparat menghujani daerah itu.








uara dentuman dahsyat itu terjadi hampir setiap 10 menit. Ia panik luar biasa, berlari mencari tempat berlindung. Sementara ledakan demi ledakan yang memekakkan telinga dan menggetarkan jantung terus terjadi, ia justru melihat darah bersimbah tumpah di jalan-jalan.





Rentetan bunyi senjata bersahutan di antara dentuman yang tak juga berhenti. Ia berusaha menenangkan diri, bahwa keadaan dirinya akan selamat, dan ia akan baik-baik saja. Do'a di antara ketakutan tak putus diucapkan, meminta kepada Allah Yang Mahakuasa, agar diselamatkan dari ancaman kematian yang sedang mengancam.
Itu sepintas kengerian yang terjadi di tanah Ghaza, Palestina. Peristiwa itulah yang dialami penduduk Muslim Ghaza saat melewati hari-hari pembantaian oleh pasukan Zionis Israel yang tanpa ampun menggempur mereka melalui udara dan darat. Ungkapan itu disampaikan oleh seorang pria bernama Abu Hani, salah seorang tim medis di Palestina yang kebetulan selamat dari lubang kematian di Ghaza ketika itu. Ia kemudian menuturkan banyak hal tentang pengalamannya yang sulit dilupakan, saat harus berada di antara dentuman roket dan suara peluru senjata. Abu Hani, adalah petugas medis, ia juga menjadi target pembunuhan keji pasukan Israel, seperti juga dialami rekan-rekannya sesama tim medis di Ghaza.

0 komentar:

Posting Komentar

Silahkan di komentari