.

.

.

.

Senin, 31 Mei 2010

Penerjemah Bahasa

Memasang penerjemah bahasa pada blog sangat berguna, apa lagi bagi orang - orang semacam saya yang hanya mampu menguasai 3 bahasa (bahasa indonesia, bahasa daerah, dan bahasa isyarat). Ini mempermudah orang yang tak megerti bahasa pada tulisan blog.

1. Login ke Blogger trus pilih menu "Layout" atau "Tata Letak"
2. Kemudian klik pada "Add Gadget" atau "tambah gadget=".
3. Lalu pilih HTML/Javascript"

<script src="http://www.gmodules.com/ig/ifr?url=http://www.google.com/ig/modules/translatemypage.
xml&up_source_language=id&w=160&h=60&title=&border=&output=js"></script>

Selasa, 11 Mei 2010

Masalah UN

Setelah beberapa hari yang lalu hasil kelulusan siswa SMU seluruh Indonesia telah di umumkan, betapa mengagetkan , bahwa tinggat kelulusan siswa smu agak menurun di banding tahun lalu. Berita ini menjadi berita hangat dari beberapa stasiun TV swasta. Akibatnya banyaknya pendapat – pendapat bermunculan mengenai UN ini.

Ada yang berpendapat negatif, bahwa gagalnya siswa dalam UN dikarnakan oleh faktor siswa sendiri yang kurang serius dalam belajar, ada juga berpendapat bahwa kegagalan UN karna kurangnya kepahaman guru dalam mengembangkan materi pelajarannya dan keterampilan dalam mengajar, materi – materi dalam UN hanya sesuai di kota besar yang lengkap sarana dan sarana pendidikannya, UN tidak dapat diambil sebagai tolak ukur keberhasilan siswa dalam belajar. UN hanya menjadi momok yang menakutkan oleh siswa dan wali murid.

Di sisi lain ada yang beranggapan positif, misalnya karena dianggap dapat meningkatkan mutu pendidikan. Dengan adanya ujian nasional, sekolah dan guru akan dipacu untuk dapat memberikan pelayanan sebaik-baiknya agar para siswa dapat mengikuti ujian dan memperoleh hasil ujian yang sebaik-baiknya. Demikian juga siswa didorong untuk belajar secara sungguh-sungguh agar dia bisa lulus dengan hasil yang sebaik-baiknya.

Selama ini ujian Nasional merupakan salah satu jenis penilaian yang diselenggarakan pemerintah guna mengukur keberhasilan belajar siswa. Kita maklumi pula bahwa Ujian Nasional yang dikembangkan saat ini dilaksanakan melalui tes tertulis. Soal-soal yang dikembangkan cenderung mengukur kemampuan aspek kognitif. Hal ini akan berdampak terhadap proses pembelajaran yang dikembangkan di sekolah. Sangat mungkin, para guru akan terjebak lagi pada model-model pembelajaran gaya lama yang lebih menekankan usaha untuk pencapaian kemampuan kognitif siswa, melalui gaya pembelajaran tekstual dan behavioristik.

Selain itu, Ujian Nasional sering dimanfaatkan untuk kepentingan diluar pendidikan, seperti kepentingan politik dari para pemegang kebijakan pendidikan atau kepentingan ekonomi bagi segelintir orang. Oleh karena itu, tidak heran dalam pelaksanaannya banyak ditemukan kejanggalan-kejanggalan, seperti kasus kebocoran soal, nyontek yang sistemik dan disengaja, merekayasa hasil pekerjaan siswa dan bentuk-bentuk kecurangan lainnya.

Terlepas dari kontroversi yang ada bahwa sampai saat ini belum ada pola baku sistem ujian akhir untuk siswa. Perubahan sering terjadi seiring dengan pergantian pejabat. Hampir setiap pejabat ganti, kebijakan sistem juga ikut berganti rupa.


Periode 1950-1960-an

Ujian akhir disebut Ujian Penghabisan. Ujian Penghabisan diadakan secara nasional dan seluruh soal dibuat Departemen Pendidikan, Pengajaran, dan Kebudayaan. Seluruh soal dalam bentuk esai. Hasil ujian tidak diperiksa di sekolah tempat ujian, tetapi di pusat rayon.


Periode 1965-1971

Semua mata pelajaran diujikan dalam hajat yang disebut ujian negara. Bahan ujian dibuat oleh pemerintah pusat dan berlaku untuk seluruh wilayah di Indonesia. Pemerintah pusat pula yang menentukan waktu ujian.

Periode 1972-1979

Pemerintah memberi kebebasan setiap sekolah atau sekelompok sekolah menyelenggarakan ujian sendiri. Pembuatan soal dan proses penilaian dilakukan masing-masing sekolah atau kelompok. Pemerintah hanya menyusun pedoman dan panduan yang bersifat umum.

Periode 1980-2000

· Mulai diselenggarakan ujian akhir nasional yang disebut Evaluasi Belajar Tahap Akhir Nasional (Ebtanas). Model ujian akhir ini menggunakan dua bentuk: Ebtanas untuk mata pelajaran pokok, sedangkan EBTA untuk mata pelajaran non-Ebtanas.

· Ebtanas dikoordinasi pemerintah pusat dan EBTA dikoordinasi pemerintah provinsi.

· Kelulusan ditentukan oleh kombinasi dua evaluasi tadi ditambah nilai ujian harian yang tertera di buku rapor.


Periode 2001-sekarang

· Ebtanas diganti dengan penilaian hasil belajar secara nasional dan berubah menjadi Ujian Akhir Nasional (UAN) sejak 2002.

· Kelulusan dalam UAN 2002 ditentukan oleh nilai mata pelajaran secara individual.

· Dalam UAN 2003 siswa dinyatakan lulus jika memiliki nilai minimal 3,01 pada setiap mata pelajaran dan nilai rata-ratanya minimal 6.

· Dalam UAN 2004 kelulusan siswa didapat berdasarkan nilai minimal pada setiap mata pelajaran 4,01. Syarat nilai rata-rata minimal tidak diberlakukan lagi.

Kamis, 06 Mei 2010

Hakekat Matematika Dan Karakteristik Peserta Didik

Hakekat Matematika


Apakah matematika itu?. Pertanyaan ini dapat menghasilkan jawaban yang berbeda beda tergantung pada siapa yang menjawab, apa saja yang dipandang dalam matematika.

Soedjadi (2000: 1) mengemukakan bahwa ada beberapa definisi atau pengertian matematika berdasarkan sudut pandang pembuatnya, yaitu sebagai berikut:

a) Matematika adalah cabang ilmu pengetahuan eksak dan terorganisisr secara sistematik.

b) Matematika adalah pengetahuan tentang bilangan dan kalkulasi.

c) Matematika adalah pengetahuan tentang penalaran logik dan berhubungan dengan bilangan.

d) Matematika adalah pengetahuan fakta-fakta kuantitatif dan masalah tentang ruang dan bentuk.

e) Matematika adalah pengetahuan tentang struktur-struktur yang logic.

f) Matematika adalah pengetahuan tentang aturan-aturan yang ketat.

Dalam kamus besar bahasa Indonesia matematika diartikan sebagai ilmu tentang bilangan –bilangan; hubungan antar bilangan, dan prosedur operasional yang digunakan dalam menyelesaikan masalah tentang bilangan.

Dari pengertian – pengertian diatas dapat kita lihat ada karakteristik matematika secara umum, yaitu:Memiliki objek abstrak, Matematika sebagai ilmu deduktif, Matematika sebagai ilmu terstruktur, Matematika sebagai ratu dan pelayan ilmu, Bertumpu pada kesepakatan, Memperhatikan semesta pembicaraan, Konsisten dalam sistemnya.

Jadi dapat ditarik sebuah gambaran bahwa Hakekat matematika dapat di artikan pengetahuan yang timbul karena pikiran-pikiran manusia berhubungan dengan ide dan penalaran. Yang mana Ide-ide itu merupakan sistem-sistem yang bersifat untuk menggambarkan konsep-konsep abstrak, dimana masing-masing sistem bersifat deduktif sehingga berlaku umum dalam menyelesaikan masalah.

Hudoyo (1979:96) mengemukakan bahwa hakikat matematika berkenan dengan ide-ide, struktur- struktur dan hubungan-hubungannya yang diatur menurut urutan yang logis. Jadi matematika berkenaan dengan konsep-konsep yang abstrak.

Karakteristik Peserta Didik

Untuk menjalankan tugas pembelajaran di kelas, untuk itu seorang guru juga perlu memahami karakteristik peserta didiknya. Agar seorang guru dapat menyesuaikan metode pembelajaran yang akan diterapkannya. Dengan demikian proses belajar pada peserta didik dapat maksimal.

Karakteristik peserta didik dapat diartikan merupakan keseluruhan kelakuan dan kemampuan yang ada pada peserta didik sebagai hasil dari pembawaan dan lingkungan sosialnya sehingga menentukan pola aktivitas dalam meraih cita-cintanya.

Ada tiga hal hal yang perlu diperhatikan dalam karakteristik peserta didik yaitu:

1. Karakteristik atau keadaan yang berkenaan dengan kemampuan awal atau Prerequisite skills, seperti misalnya kemampuan intelektual, kemampuan berfikir,mengucapkan hal-hal yang berkaitan dengan aspek psikomotor dan lainnya.

2. Karakteristik yang berhungan dengan latar belakang dan status sosial (socioculture)

3. Karakteristik yang berkenaan dengan perbedaan-perbedaan kepribadian seperti sikap, perasaan, minat dan lain-lain.

Pendidikan Bagi Anak Usia Sekolah Menengah

Karakteristik yang menonjol pada anak usia sekolah menengah adalah sebagai berikut :

1. Adanya kekurangseimbangan proporsi tinggi dan berat badan..

2. Mulai timbulnya ciri-ciri sekunder.

3. Timbulnya keinginan untuk mempelajari dan menggunakan bahasa asing.

4. Kecenderungan ambivalensi antara keinginan menyendiri dengan keinginan bergaul dengan orang banyak serta antara keinginan untuk bebas dari dominasi dengan kebutuhan bimbingan dan bantuan dari orang tua.

5. Senang membandingkan kaidah-kaidah, nilai-nilai etika, atau norma dengan kenyataan yang terjadi dalam kehidupan orang dewasa.

6. Mulai mempertanyakan secara skeptis mengenai eksistensi (keberadaan) dan sifat kemurahan dan keadilan Tuhan.

7. Reaksi dan ekspresi emosi masih labil.

8. Kepribadiannya sudah menunjukkan pola tetapi belum terpadu.

9. Kecenderungan minat dan pilihan karier sudah relatif lebih jelas.

Adapun Karakteristik Peserta Didik secara umum yang mempengaruhi kegiatan belajar peserta didik antara lain:

· Kondidi fisik.

· Latar belakang pengetahuan dan taraf pengetahuan.

· Gaya belajar.

· Usia.

· Tingkat kematangan.

· Ruang lingkup minat dan bakat.

· Lingkungan sosial ekonomi dan budaya.

· Faktor emosional.

· Faktor komunikasi.

· Intelegensia.

· Keselaran dan attitude.

· Prestasi belajar.

· Motivasi dan lain-lain.

Teori belajar

Teori – Teori Belajar

Konsep belajar secara umum, dapat dilihat dari tiga perspektif aliran, yaitu: nativisme, empirisme dan organismik. Paham nativisme lebih memandang bahwa belajar adalah suatu aktivitas berupa melatih daya ingat atau otak (interaksi anak dengan objek belajar, misalnya buku, majalah) agar menjadi tajam, sehingga adanya perubahan cara berpikir dan menganalisis persoalan yang ada di sekitarnya.

Berbeda dengan paham nativisme, paham empirisme memaknai belajar

sebagai suatu aktivitas menambah informasi atau pengetahuan dan pengayaan bentuk pola-pola respons baru yang mengarah pada perubahan tingkah laku siswa.

Paham organismik memandang bahwa belajar adalah terjadinya perubahan perilaku dan pribadi siswa secara keseluruhan baik jasmani maupun rohani.

Adapun pengertian – pengertian teori belajar yaitu :

A. Teori Belajar Behaviorisme.

Aliran behavioristik Yang ditekankan pada teori ini adalah adanya peruhahan tingkahlaku (respon) pelajar yang dapat diamati setelah adanya ransangan (stimulus) yang diterima .

Tokoh-tokoh penting yang mengembangkan teori belajar behavioristik, dapat dijelaskan sebagai berikut : Thorndike, skinner, Pavlov, guthrie

1. Edward Thorndike (koneksionisme

Teori koneksionisme oleh Thorndike, memandang bahwa yang menjadi dasar terjadinya belajar adalah adanya ransangan peristiwa (stimulus) antara kesan panca indera (sense of impression) dengan dorongan yang muncul untuk bertindak (respon) . Baik itu berupa suasana atau lingkungan, atau berupa hadia atau hukuman.

Dari eksperimen yang dilakukan Thorndike terhadap kucing menghasilkan hukum-hukum belajar, diantaranya:

a) Law of Effect; artinya bahwa jika sebuah respons menghasilkan efek yang memuaskan, maka hubungan Stimulus - Respons akan semakin kuat. Sebaliknya, semakin tidak memuaskan efek yang dicapai respons, maka semakin lemah pula hubunganyang terjadi antara Stimulus- Respons.

b) Law of Readiness; artinya bahwa kesiapan mengacu pada asumsi bahwa kepuasan organisme itu berasal dari pemdayagunaan satuan pengantar (conduction unit), dimana unit-unit ini menimbulkan kecenderungan yang mendorong organisme untuk berbuat atau tidak berbuat sesuatu.

c) Law of Exercise; artinya bahwa hubungan antara Stimulus dengan Respons akan semakin bertambah erat, jika sering dilatih dan akan semakin berkurang apabila jarang atau tidak dilatih.

2. skinner (Operant Conditioning )

Dari eksperimen yang dilakukan B.F. Skinner terhadap tikus dan selanjutnya terhadap burung merpati tidak jauh beda dengan apa yang disampaikan oleh Edward Thorndik .menghasilkan hukum-hukum belajar, diantaranya :

1. Law of operant conditining yaitu jika timbulnya perilaku diiringi dengan stimulus penguat, maka kekuatan perilaku tersebut akan meningkat.

2. Law of operant extinction yaitu jika timbulnya perilaku operant telah diperkuat melalui proses conditioning itu tidak diiringi stimulus penguat, maka kekuatan perilaku tersebut akan menurun bahkan musnah

Dengan kata lain

3. Pavlov. (Classical Conditioning)

Teori Classical Conditioning Secara garis besar teori Pavlov dapat dijelaskan bahwa terjadinya perubahan tingkahlaku (respon) pada pelajar karna adanya kondisi belajar (stimulus) secara berulang ulang .

Dari eksperimen yang dilakukan Pavlov terhadap seekor anjing menghasilkan hukum-hukum belajar, diantaranya :
• Law of Respondent Conditioning yakni hukum pembiasaan yang dituntut. Jika dua macam stimulus dihadirkan secara simultan (yang salah satunya berfungsi sebagai reinforcer), maka refleks dan stimulus lainnya akan meningkat.

• Law of Respondent Extinction yakni hukum pemusnahan yang dituntut. Jika refleks yang sudah diperkuat melalui Respondent conditioning itu didatangkan kembali tanpa menghadirkan reinforcer, maka kekuatannya akan menurun.

B. Teori belajar Kognitivisme.

Menurut teori ini belajar adanya perubahan persepsi dan pemahaman yang tidak selalu dapat dilihat dalam bentuk tingkah laku. Yang ditekankan pada teori ini adalah proses.

Tokoh-tokoh penting yang mengembangkan teori belajar Kognitivisme, dapat dijelaskan sebagai berikut : Piaget, Bruner, Ausubel.

1. Teori Perkembangan Piaget

Piaget merupakan salah satu pionir konstruktivis, Secara garis besar teori ini mengatakan proses perubahan persepsi dan pemahaman yang terjadi pada pelajar saat ini karna adanya pemahaman dan persepsi yang sebelumnya telah ada pada dirinya yang berasal dari lingkungannya . Dalam hal ini peran guru adalah sebagai fasilitator dan buku sebagai pemberi informasi.

2. Teori Perkembangan Bruner.

Proses belajar lebih ditentukan dengan cara kita mengatur materi pelajaran baik menggunakan simbol atau visual lain.

3. Teori Perkembangan Ausubel.

Ausubel (dalam Dahar, 1988:137) mengemukakan bahwa belajar dikatakan bermakna jika informasi yang akan dipelajari peserta didik disusun sesuai dengan struktur kognitif yang dimiliki peserta didik, sehingga peserta didik dapat mengaitkan informasi barunya dengan struktur kognitif yang dimilikinya.

C. Teori belajar Humanistik.

Teori belajar humanistik asal tujuannya untuk memanusiakan manusia yaitu mencapai aktualisasi diri, pemahaman diri, serta realisasi diri orang yang belajar secara optimal,

Banyak tokoh penganut aliran humansitik, diantaranya adalah

à Kolb yang terkenal dengan “belajar empat tahap”,

à Honey dan Mumford dengan “pembagian tentang macam-macam siswa”,

à Habermas dengan “tiga macam tipe belajar”

à Bloom dan Krathwohl yang terkenal dengan “taksonomi bloom.”

D. Teori belajar Gestalt

teori gestalt seseorng memperoleh pengetahuan melaui sensasi atau informasi dengan melihat strukturnya secara menyeluruh kemudian menyusunya kembali dalam struktur yang sederhana sehungga lebih mudah dipahami.